Penulis - Gigih Suroso, S.Pd.I.*
Kalimat yang sangat viral di kalangan pemuda "Jangan rindu. Ini berat. Kau tak akan kuat. Biar aku aja". Sebuah kalimat yang diucapkan oleh Dilan (salah satu tokoh dalam novel) kepada pacarnya. Bukan hanya sekedar kalimat, Tokoh Dilan dan pacarnya Vanesa telah menyihir jutaan anak muda. Banyak yang mengidolakan keduanya karena sikap Dilan yang dianggap romantis. Dari sinilah muncul sebuah pandangan miring bahwa hubungan laki dengan wanita bukan mahram itu biasa. Padahal jelas, bagaimana Islam telah mengaturnya secara arif dan bijaksana.
Penulis tidak membahas bagaimana Tokoh Dilan melakoni perannya , hanya saja penulis perlu mengingatkan kepada kita anak muda bahwa sebagai seorang muslim kita punya identitas yang harus dijaga, seiring dengan fitnah dunia yang kejam dan terangan-terangan. Siapa tidak mampu menahan dan membentengi dirinya maka rapuhlah iman dan berakhirlah kita nanti di neraka jahanam.
Mari kita berbangga dengan Islam, agama yang telah Allah sempurnakan lewat Nabi Muhammad Rasulullah yang amanah dengan kitab terbaik Alquran karim. Begitu apiknya Allah mengatur hubungan antara sesama manusia dan makhluk lainnya. Laki –laki ada batasnya dengan perempuan, begitu sebaliknya. Makan batasnya sebelumnya kenyang, dan berbicara batasnya baik dan tidak menyakitkan.
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmaku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS.Almaidah: 3) Kita pantas berbangga dengan identitas yang kita sandang sebagai muslim. Dan selanjutnya, sebagai konsekuensi dari rasa bangga tersebut, lahirlah kerelaan untuk menjalankan yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah. Jangan sampai Dilan yang hanya tokoh dalam novel dan film itu kemudian melunturkan keimanan, atau bahkan dijadikan teladan.
Kita harus ingat, bahwa jauh sebelum ada Dilan, telah lahir sosok-sosok pemuda yang mengagumkan, dalam dada mereka ada cinta yang besar untuk Allah dan Rasul-Nya. Rindu mereka bahkan terlalu berat untuk segera bertemu sang pencipta. Semua mereka korbankan, jiwa dan raga, bahkan harta yang melimpah bak kapas ringan sekali disedekahkan. Kepada merekalah kita patut berguru, berbangga dan mengikuti kebaikannya.
Pemuda muslim zaman now, harus sadar bahwa kita saat ini telah dikelilingi oleh fitnah-fitnah yang datang dari segala arah, tidak ada yang dapat membentengi kecuali Iman yang tebal. Tahukah kita, bahwa ada rindunya yang begitu teramat berat dibandingkan Dilan, dia adalah Bilal bin Rabah sampai tidak ingin tinggal lagi di Madinah, karena setiap sudut Madinah mengingatkannya kepada Kekasih Allah, Nabi Muhammad Saw. Dan karena beratnya rindu itu Umar bin Khattab menangis di pojok teras rumah sambil menekuk lututnya seperti ditinggal kekasihnya, ternyata dia sedang rindu dengan Rasulullah, padahal beliau masih ada waktu itu.
Sebagai pemuda muslim zaman Now, mari kita ikuti langkah para sahabat yang begitu besar cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Bahkan, kepada Rasulullah mereka mencintainya lebih dari dirinya sendiri. Jauh sebelum Dilan, Rasulullah adalah sosok romantis, maka kita tidak perlu kehilangan bagaimana menjadi sosok ksatria yang gagah nan penuh cinta. Sebuah momen mengharukan itu jadi buktinya, saat Rasulullah melewati sakaratul maut. Rasulullah berkata. “Ya Allah, dahsyat sekali sakarul maut ini, jangan beratkan kepada umatku. Mereka tidak akan kuat biar aku saja menanggungnya”
Siapakah manusia yang cintanya begitu besar kepada kita, hingga beliau tidak menginginkan sakitnya sakarul maut menimpah kita. Mari kita berbangga dengan identitas kita sebagai muslim. Tidak perlu malu, ragu apalagi sampai ketinggalan zaman. Dalam Islam telah Allah hadirkan sosok sosok luar biasa, bahkan lebih hebat dari spideman, superman, lebih tampan dari artis manapun, namun iman mereka tak luntur hanya karena dunia yang tak lama lagi akan hancur.
Baca juga; Kerinduan Kepada Rasulullah Dari Penduduk Langit Bernama Uwais Al Qarni
Dialah Mush’ab bin Umar, pemuda kaya raya dan tampan. Selalu tampil parlente dengan segala kemewahanya, bahkan disebutkan bahwa aroma parfumnya tercium dari jarak yang sangat jauh. Namun sejak memutuskan menjadi muslim, dia kemudian disiksa oleh ibu dan kaumnya. Hingga tak terlihat rupa bahwa dia adalah Mush’ab Bin Umar yang kaya raya. Tapi Islam pula yang membuatnya menjadi begitu mulia, kesatriannya di medan perang membuatnya sahid dengan membanggakan untuk membela Rasulullah.
Lalu seperti apa kita,yang mengaku pemuda zaman now itu. Sebesar apakah cinta kepada Allah yang maha cinta, seberat apakah rindu kita kepada Rasulullah yang bahkan di akhir hayatnya menyebut kita, ummati, ummati, ummati. Tidak ada celah bagi kita pemuda muslim untuk tidak berbangga dengan keislaman yang Allah anughrahkan ini.
“Ada tujuh golongan yang dinangungi Allah di hari kiamat, yang tidak ada tempat bernanung kecuali naungan di izinkan oleh Allah. Pemimpin adil, dan yang tumbuh dengan beribadah kepada Allah. Pemuda yang hatinya terpaut dengan masjid, Pemuda yang menolak diajak berzina oleh wanita sebab takut kepada Allah. Dua orang yang saling menyayangi karena Allah, bertemu dan berpisah karena Allah. Orang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi.” (Shahih Bukhari)
Hadits tersebut diatas mengingatkan kita sebagai pemuda, seperti apa pun zaman yang sedang kita lalui, kita harus bertahan dan istiqomah dengan keislaman ini. Allah telah member sinyal, bahwa nanti aka nada pemuda yang akan mendapatkan naungannya. Salah satunya mereka yang hatinya terpaut dengan masjid. Ini artinya, pemuda muslim zaman now harus tahu bahwa sholat yang lebih utama adalah berjamaah di masjid, sebab dari sanalah akan muncul rasa kebersamaan, kasih sayang dan persatuan
Lebih lanjut, pemuda yang mendapatkan naungan dari Allah adalah pemuda yang menolak untuk diajak berzina oleh wanita sebab rasa takunya kepada Allah. Sudah tak terhitung berapa tontotanan dalam film dan sinetron yang menampikan seorang tokoh pemuda yang seolah gagah saat bergandeng tangan dengan wanita bukan mahram, seakan keren sebab punya motor dan mobil mahal. Dan semuanya tanpa disadari menyihir alam sadar kita untuk membenarkan bahwa yang benar itu salah, dan yang salah itulah yang benar.
Pemuda zaman now, berarti pemuda yang update dan tidak tertinggal zaman, itu artinya sifat dan sikapnya tidak mencontoh kebiasaan jahiliyyah. Tuntunan kita Alquran dan sunah, teladan kita Rasulullah, rasanya sudah cukup jelas. Mari kita tumbuh menjadi pemuda yang beribadah kepada Allah, bukan sibuk Baper melihat kemaksiatan. Tundukan pandangan, melangkahlah ke majelis ilmu, dan berjamaahlah di masjid, lalu berbuatlah banyak kebaikan, maka kita tak akan kalah keren dari Dilan. Sebab kita akan mendapat kenikmatan di dunia dan akhirat.
"Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-‘Ankabut: 7).
* Penulis adalah Alumni LPM Dinamika UINSU